Cinta Tanah Air Dalam Perspektif Aswaja

Hubbul wathan minal iman atau cinta tanah air sebagian dari iman adalah prinsip yang dipegang teguh oleh NU, bahkan menjadi jati dirinya. Istilah ini sangat populer bagi warga Nahdhiyin sejak periode awal didirikan, yakni pertama kali dipopulerkan oleh KH Wahab Hasbulloh salah satu founding father NUmelalui lirik lagu Ya Lal Wathan yang diciptakan di tahun 1934.[1]
Ruh hubbul wathan minal iman inilah yang kemudian menjadi spirit para Ulama dan warga Nahdhiyyin untuk mempertahankan Negara kesatuan Republik Indonesia dari ancaman penjajah hingga diterbitkannya Resolusi Jihad yang pertama di tanggal 22 oktober 1945 di Surabaya, maupun yang kedua dalam muktamar NU ke 18 di Poerwokerto yang diadakan sejak tanggal 26 hingga 29 Maret 1946. Juga dari rongrongan PKI dan kaum pemberontak lainnya yang mengancam integritas bangsa.
Dalil-Dalil Cinta Tanah Air
Istilah hubbul wathan minal iman yang artinya cinta tanah air sebagian dari iman bukanlah teks hadits apalagi Al-Qur’an. Adapun pendapat yang mengatakannya sebagai hadits, maka dinilai oleh para Ulama sebagai hadits maudhu’.
Meskipun demikian, makna Hubbul Wathan minal Iman adalah shahih, sebagaimana diungkapkan oleh Syaikh Ali Mulla al-Qori (w. 1014 H/1606 M) ulama besar pakar fikih, hadits dan sufi bermadzhab Hanafi-Maturid dalam karyanya Mirqah al-Mafatih  (V/316):
وَأَمَّا حَدِيْثُ حُبُّ الْوَطَنِ مِنَ الْإِيْمَانِ فَمَوْضُوْعٌ وَإِنْ كَانَ مَعْنَاهُ صَحِيْحًا.
Hadits hubbul wathan minal iman statusnya maudhu’, meskipun maknanya shahih.”
Selain maknanya shahih, hubbul wathan minal Iman merupakan natijah (kesimpulan) atau dalam ilmu mantiq disebut dengan dalalah al-iltizam dari ayat al qur’an maupun hadits Nabi Saw sebagaimana berikut.
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ  (القصص : 85)
“Sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur’an benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.” (QS: Al Qashas: 85)
Asbabun nuzul ayat ini sangat berkaitan dengan kecintaan dan kerinduan Nabi Saw pada tanah airnya, sebagaimana dipaparkan oleh al-Imam Fakhruddin ar-Razi dalam tafsirnya, Mafatih al-Ghaib (XII/115):
… فَنَزَلَ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَقَالَ: تَشْتَاقُ إِلَى بَلَدِكَ وَمَوْلِدِكَ، فَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : نَعَمْ. فَقَالَ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ : فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُوْلُ : إِنَّ الذى فَرَضَ عَلَيْكَ القرءان لَرَادُّكَ إلى مَعَادٍ. 
“… maka turunlah jibril As dan berkata: “Apakah Engkau rindu pada negerimu dan tempat lahirmu?” Nabi Saw menjawab: “Ya.” Lalu Jibril berkata: “Sesungguhnya Allah Swt berfirman:  “Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur’an benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.” (QS: Al-Qashas: 85)
Dalam memahami ayat ini para mufassir mengatakan, ini adalah isyarat atau petunjuk bahwa hubbul wathon minal iman atau cinta tanah air merupakan bagian dari iman. Di antaranya di sampaikan oleh Ismail Haqqi (w. 1127 H/1715 M) dalam Tafsir Ruh al-Bayan(VI/320):
وفِي تَفْسِيْرِ اْلآيَةِ إِشَاَرةٌ إِلَى أَنَّ حُبَّ الْوَطَنِ مِنَ اْلإِيْمَانِ وَكَانَ عليه السلام يَقُوْلُ كَثِيْراً اَلْوَطَنَ اَلْوَطَنَ …
“Dalam tafsir ayat ini terdapat isyarah bahwa cinta tanah air merupakan sebagian dari iman. Nabi Saw juga sering mengucapkan tanah air, tanah air (karena sangat mencintainya).”
Teladan cinta tanah Air dari Nabi Saw juga terekam dalam beberapa hadits. Di antaranya doa dalam beliau:
اَللهم حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِيْنَةَ كَمَا حَبَّبْتَ إِلَيْنَا مَكَّةَ وَاجْعَلْ مَا بِهَا مِنْ وَبَاءٍ بِخَمٍّ. اَللهم إِنِّي قَدْ حَرَّمْتُ مَا بَيْنَ لاَبَتَيْهَا كَمَا حَرَّمْتَ عَلَى لِسَانِ إِبْرَاهِيْمَ الْحَرَمَ (أحمد، والرويانى، والضياء عن أبى قتادة. قال المناوى: بإسناد حسن) 
“Ya Allah, cintakan Madinah kepada kami sebagaimana Engkau cintakan Makkah kepada kami, dan jadikanlah Madinah bersih dari segala wabah. Ya Allah sesungguhnya Aku mengharamkan diantara dua tanah tandusnya sebagaimana Engkau jadikan tanah haram melalui doa Nabi Ibrahim.” (HR. Ahmad, ar-Rauyani dan ad-Dhiya’ dari Abu Qatadah)
Dalam hadits Shahih al-Bukhari juga disebutkan:
وَعَنْ أَنَسٍ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إِلَى جَدَرَاتِ الْمَدِيْنَةِ أَوْضَعَ رَاحِلَتِهِ، وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا . (رواه البخاري)
“Diriwayatkan dari Anas, bahwa ketika Nabi Saw datang dari bepergian (dengan mengendarai onta) lalu menatap dinding-dinding kota Madinah, maka beliau percepat lajunya; dan bila mengendarai hewan kendaraan lainnya (seperti bighal dan kuda), maka beliau gerak-gerakkan tunggangannya karena kecintaannya terhadap Madinah.” (HR. al-Bukhari)
Pakar hadits asal Cordova, Ibn Batthal (w. 449 H/1057 M) dalam penjelasannya atas hadits-hadits al-Bukhari yang terkenal dengan judul Syarh Ibn Batthal (VIII/35) menyatakan:
“Ucapan Anas: “Min hubbiha” mengandung makna, bahwa tindakan Nabi Saw menggerak-gerakkan tunggangannya (agar lajunya semakin cepat) itu didorong oleh kecintaan beliau terhadap kota Madinah, tempat tinggal keluarga dan anak-anaknya yang juga sangat dicintainya. Hal ini sangat wajar, sebab Allah memang telah menjadikan hati manusia untuk mencintai dan rindu terhadap tanah airnya. Begitu pula yang terjadi pada Nabi Muhammad Saw sebagai teladan utama bagi umatnya.”
Penjelasan secara elegan juga disampaikan oleh al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari (III/621):
وَفِي الْحَدِيْثِ دَلَالَةٌ عَلَى فَضْلِ الْمَدِيْنَةِ وَعَلَى مَشْرُوْعِيَّةِ حُبِّ الْوَطَنِ وَالْحَنِيْنِ إِلَيْهِ.
“Dalam hadits riwayat Anas ini terdapat petunjuk atas keutamaan kota Madinah dan disyariatkannya cinta tanah air dan kerinduan terhadapnya.”
Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan di atas setidaknya dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Meskipun status hadits dengan redaksi hubbul wathan minal iman adalah maudhu’ (palsu), namun maknanya shahih.
2. Keshahihan makna hubbul wathan minal iman terbukti dengan dalil al-Qur’an maupun hadits hasan-shahih sesuai pemahaman ulama-ulama Ahlussunnah yang otoritatif (mu’tabar)
3. Cinta tanah air menjadi kecenderungan alamiah bagi manusia, termasuk bagi Nabi Muhammad Saw.
4. Cinta tanah air merupakan bagian dari ajaran Islam dan bahkan diteladankan langsung oleh Nabi Muhammad Saw.

tulisan oleh : K. Lukmanul Hakim (Pengasuh PP Al-Inabah, Tambaksari Surabaya)
Sumber : http://pwnujatim.or.id/

1 Response to "Cinta Tanah Air Dalam Perspektif Aswaja"

  1. Wonderful website. Lots of helpful info here. I'm sending it to several buddies ans additionally sharing in delicious. And obviously, thanks on your effort! gmail login

    BalasHapus