Biogragi Ulama NU KH As’ad Samsul Arifin
KH As’ad
Samsul Arifin atau yang biasa dikenal dengan nama Kiai Haji Raden As’ad Samsul Arifin adalah
putra bangsa kelahiran tahun 1897 di Mekah dan beliau meninggal 4 Agustus 1990 di Situbondo pada
saat umur beliau 93 tahun. KH As’ad Samsul Arifin merupakan pengasuh PP
Salafiyah Syafi’iyah yang berlokasi di Desa Sukorejo, Kecamatan Asembagus, Kabupaten
Situbondo. Berliau merupakan seorang alim ulama agung yang berperan penting dalam pergerakan
organisasi NU. Jabatan terakhir beliau di dalam organisasi terbesar di
Indonesia ini adalah Mustasyar. Ia dikenal sebagai kurir atau penyampai pesan
(Isyarah) dari K.H. Kholil Bangkalan, Madura yang berupa tongkat dan ayat al-Qur’an untuk K.H. Hasyim Asy’ari, pesan
ini lah yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama.
Kehidupan Keluarga
Kiai As’ad merupakan
putra pertama Raden Ibrahim yang beristri Siti Maimunah, Ayah dan Ibu KH As’ad
merupakan pasangan berasal dari Pamekasan, Madura. Beliau memiliki adik bernama
Abdurrahman. Beliau lahir di perkampungan Syi’ib Ali, dekat Masjidil Haram,
Mekah, saat kedua orang tuanya sedang menunaikan ibadah haji serta bermukim di tempat tersebut untuk memperdalam
ilmu-ilmu agama islam.
Kiai
As’ad terhitung masih memiliki darah bangsawan dari kedua orang tuanya. Raden
Ibrahim (yang kemudian lebih dikenal dengan nama K.H. Syamsul Arifin) atau
ayahnya masih memiliki garis keturunan Sunan Ampel dari jalur ayah . Sementara
itu, dari jalur ibu, beliau mempunyai garis keturunan dari Pangeran Ketandur,
cucu Sunan Kudus.
Ketika beliau berusia enam tahun, Kiai As’ad dibawa orang
tuanya pulang ke Pamekasan kemudian menetap di PP Kembang Kuning, Pamekasan, Madura. Sementara adiknya yang bernama Abdurrahman, yang pada
saat itu masih berusia empat tahun lalu dititipkan kepada Nyai Salhah yang
merupakan saudara sepupu ibunya yang bertempat tinggal di Mekah. Seusai lima tahun tinggal di
Pamekasan, Beliau diajak oleh ayahnya hijrah
ke Asembagus, Situbondo. Pada saat itu,
Asembagus masih berupa hutan belantara yang terkenal sangat menakutkan, angker
serta dihuni oleh banyak binatang buat. Di sanalah, beliau diajak oleh Ayahnya
untuk berdakwah menyebarkan agama Islam.
Pendidikan KH As’ad Arifin
Sebagai putra
dari seorang ulama, semenjak masih kecil
Kiai As’ad Arifin telah mendapatkan ilmu
– ilmu agama islam yang diajarkan
langsung oleh ayahnya. Setelah beliau beranjak di usia remaja, beliau dikirim oleh
ayahandanya untuk meneruskan perjalanan
mancari ilmu agama di Pondok Pesantren
Banyuanyar, Pamekasan. PP Banyuanyar, merupakan pondok pesantren tua yang
dibangun oleh K.H. Itsbat Hasan di tahun
1785. Di Pondok Pesantren Banyuanyar,
Kiai As’ad kemudian diasuh dan didik oleh K.H. Abdul Majid dan K.H. Abdul Hamid
yang merupakan keturunan dari K.H. Itsbat.
Setelah menjalani
tiga tahun masa belajar di Pondok Pesantren Banyuanyar (1910-1913),beliau lalu dikirim
oleh ayahnya ke kota Mekah untuk mencari ilmu agama sekaligus menunaikan ibadah
haji. Di Mekah, KH As’ad memasuki madrasah yang bernama Madrasah Shalatiyah,
sebuah madrasah yang kebanyakan muridnya berasal dari Jawa. Di sana ia
memperdalam ilmu agama dari beberapa tokoh islam baik dari timur tengah maupun
dari Jawa
Di antara
guru-guru Kiai As’ad ketika belajar di Mekah antara lain:
Syeikh Abbas
al-Maliki
Syeikh Hasan
al-Yamani
Syeikh Muhammad
Amin al-Quthbi
Syeikh Hasan
al-Massad
Syeikh Bakir
(K.H. Bakir asal Yogyakarta)
Syeikh Syarif
as-Sinqithi
Setelah
menjalanai masa belajar selama beberapa tahun di kota Mekah, Kiai As’ad
kemudian pulang kembali ke negara Indonesia. Setelah sampai di kampung
kelahirannya, ia tidak serta merta ikut mengajar di pondok pesantren ayahnya, Kiai
As’ad justru memilih untuk meneruskan pencarian ilmu agama di berbagai
pesantren. Ia menjadi pencari ilmu yang mengembara dari satu pesantren ke
pesantren lain guna mendapatkan berkah dari para kyai.
Kemudian
saat tahun 1908, setelah KH As’ad pindah ke Situbondo, beliau dan ayahnya
beserta santri - santri yang mengikuti mereka dari Madura membabat alas (menebang hutan )
yang ada di Dusun Sukorejo untuk lokasi pendirian pesantren serta tempat
perkampungan. Habib Hasan Musawa dan Kiai Asadullah merupakan tokoh kunci yang
memilihkan lokasi tersebut sebagai tempat didirikannya Pesantren.
Usaha
Kiai As’ad Samsul Arifin dan ayahnya kemudian
terwujud. Sebuah pesantren yang terdiri dari beberapa gubug kecil , mushala,
dan asrama santri yang saat itu masih dihuni beberapa orang saja telah berhasil
di dirikan.Dan Sejak tahun 1914, Pesantren
tersebut mulai berkembang dengan bertambahnya jumlah santri dan kemudian
menjadi sebuah pesantren besar bernama PP Salafiah Syafi’iyah
Setelah
K.H. Samsul Arifin wafat ketika tahun 1951, Pesantren tersebut kemudian diampu oleh Kiai As’ad. Di
bawah asuhan Kiai As’ad, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah berkembang sangat
pesat, Santri yang mengaji di pesantren tersebut semakin bertambah hingga angka
ribuan. Selain itu, lembaga pendidikan dari pesantren tersebut akhirnya semakin
dikembangkan, dengan tetap mempertahankan sistem khas klasik ala pesantren . Akhirnya
Pesantren tersebut mendirikan Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan
Madrasah Aliyah, kemudian didirikan pula sekolah umum seperti SMP, SMA, dan
SMEA.
Wasiat kepada para santrinya
Meskipun Kiai
As’ad telah meninggal, namun dawuh (nasihat) maupun perkataannya masih melekat
dan diikuti oleh para santri dan pecintanya. Di antara wasiat (pesan) Kiai
As’ad yang pernah ia sampaikan kepada para santrinya ialah:
Santri Sukorejo
yang keluar dari NU (Nahdlatul Ulama), jangan berharap berkumpul dengan saya di
akhirat.
Santri saya yang
pendiriannya tidak dengan saya, saya tidak bertanggung jawab di hadirat Allah
SWT (Subhanahu Wa Ta’ala).
Santri saya yang
pulang atau berhenti harus ikut mengurusi dan memikirkan paling tidak salah
satu dari tiga hal, yakni: Pendidikan Islam, dakwah melalui NU dan ekonomi
masyarakat.
Istiqamah (terus
menerus) membaca Ratibul Haddad.
Santri saya
sebenarnya umum, anak siapa saja, dalam keadaan bagaimana saja, pasti selamat
dan jaya asal jujur, giat dan ikhlas.
Ia
di angkat menjadi Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo, 9 November 2016
sesuai Keputusan Presiden Nomor 90/TK/Tahun 2016
Sumber :
WIkipedia.org
0 Response to "Biogragi Ulama NU KH As’ad Samsul Arifin"
Posting Komentar